Jelajah Candi Malang #CandiBadut

Hello Readers di seluruh penjuru Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Jadi ceritanya begini sob, trip kali ini temanya adalah “ Candi-candi Malang “ #PeninggalanMalang #BelajarSejarah. Eh ngomong-ngomong soal Candi,  Kamu tahu Candi-candi di Malang? Tahu kan? Yups sekarang mari pinjem pintu kemana ajanya Doraemon, Teng…teng…teng…teng “Pintu Kemana aja”. Hahaha. Eh tahu ngak? Doraemon itu film kartun pavorit gw lho. Heheheh. Nah lho kok malah bahas Doraemon. Wes wes..Kembali ke Laptop #gayatukularwana. Zzzzztt.  Singkat cerita nih sob, Candi yang akan kita kunjungi adalah Candi Badut, Candi Singhosari, Arcadwarapala, Candi Sumbertaman dan Patung Ken Dedes with Backpackers Malang.

Candi Badut

Ya namanya Candi Badut sob. Coba bayangin candi Badut itu gimana? Kayak badut? Catnya warna-warni, lucu gitu….zzzzzt, #bukan-bukan. Walaupun namanya Badut tapi bukan kayak badut-badut gitu juga kali. Jadi ceritanya gini, Kita ( Backpackers Malang ) lagi #Shorttrip ke Candi Badut yang letaknya ngak jauh dari Malang. Tepatnya di kawasan Tidar, di bagian barat kota Malang . Secara administratif candi badut terletak di dusun Karang Besuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Badut ini dapat ditempuh dengan kendaraan umum jurusan Tidar (AT) atau bisa naik motor. Candi Badut ini sob satu-satunya Candi yang paling deket dari Kota Malang.

Image

Ini coba gw nukil dari Wikipedia. Candi ini diperkirakan berusia lebih dari 1400 tahun dan diyakini adalah peninggalan Prabu Gajayana penguasa kerajaan Kanjuruhan sebagaimana yang termaktub dalam prasasti Dinoyo bertahun 760 Masehi.

Image

Baca dulu sejarah Candi Badut

Para ahli menyatakan bahwa Candi Badut merupakan peralihan gaya bangunan Klasik dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pada ruangan induk candi yang berisi lingga dan yoni symbol Siwa dan Parwati.  Sebagaimana umumnya percandian Hindu di Jawa, pada bagian dinding luar terdapat relung-relung yang semestinya berisi arca. Dua relung di kanan dan kiri pintu mestinya berisi arca Mahakala dan Nandiswara, relung utara untuk arca Durga Mahisasuramardini, relung timur untuk arca Ganesha, dan di sisi selatan terdapat relung untuk arca Agastya yakni Siwa sebagai Mahaguru. Namun di antara semua arca itu hanya arca Durga Mahisasuramardini yang tersisa di Candi Badut.

Image

Candi Badut , pemandang dari barat candi

Candi ini ditemukan pada tahun 1921 berupa gundukan bukit batu, reruntuhan dan tanah. Orang pertama yang memberitakan keberadaan Candi Badut adalah Maureen Brecher, seorang kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di Malang. Candi Badut dibangun kembali pada tahun 1925-1927 di bawah pengawasan B. De Haan dari Jawatan Purbakala Hindia-Belanda. Dari hasil penggalian yang dilakukan pada saat itu diketahui bahwa bangunan candi telah runtuh sama sekali, kecuali bagian kaki yang masih dapat dilihat susunannya.

Image

Biaya masuk : Sukarela.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Badut

The Chino Cave n Dead Crecodile Beachs in South Malang #Part 1

 

Hai piye kabar rek ? apek kan. Oyi wes . Ayas (baca:saya) sama temen-temen mau kar-bakaran di pantai Malang Selatan. Kita mau menikmati deburan ombak pantai Malang selatan sambil menyantap ikan bakar. Uenaaaaak. Bukan di Sempu, Balai Kambang ataupun Ngilyep akan tetapi kita mau mengunjungi pantai yang ciamiik dengan deburan ombaknya yang Cetar membahana pokoknya. Pengen tahu? Kasih dah. Namanya The Chino Cave sama Crecodile Beachs. Wiiiiiik. Mana itu bro? ahaha. Sebenernya itu adalah pantai Goa China sob, sampingnya Pulau Sempu ( Chino Cave Beach ) dan Bajol Mati ( Dead Crocodile Beach ). Tapi namanya keren kan. Hahaahah.

Perkenalkan dulu temen-temen ayas. Kita berangkat 9 orang dari Malang. Igo dari Bali tapi nyasar kerja di Pasuruan, Oet si tukang kar-bakaran, Serry dan Silvi chef kiita di sana, Rahma professional fotografer, Lee Gumi anak seni desain, Akta katanya seorang model, dan seorang tamu istimewa yang baru lulus kuliah dari Banjarmasin, Nurul.

Sebelumnya kita udah sepakat mau berangkat jam 4 pagi habis subuh langsung budhal. Dengan estimasi jalanan masih sepi dan kita bisa lebih panjang menikmati pantai disana. Tapi tau sendiri kan sob jamnya Endonesia itu jam karet Catet !. Janjianya jam 4 tapi molor 2 jam. Hellooooooo huft. Jadi kita berangkat jam 6 pagi. Dan Jalan Surabaya terpilih menjadi meeting point kita. Okelah jam 6 pagi kita sudah kumpul disana. Tinggal cowok cakep 1 yang belum kumpul. Katanya neneknya ngak bangunin. Zzzzzzzt *jitak. Tapi dia nunggu di Gadang. Oke fine !. Jadi kita siap berangkaaaaaaat.

375365_490986894257650_1420002261_n

Pantai pertama yang akan kita datangi adalah the Chino Cave Beach (P. Goa China). Pantai Goa China terletak di Dusun Tumpak Awu, Desa Sitiarjo, Sumbermanjing Wetan. Terus bagaimana cara kita bisa sampai sana? Gini nih rutenya. Jadi kita dari Kota Malang menuju Gadang dulu untuk menemui temen kita, Lee Gumi. Kalo ketemu Gumi ini pengen jitak deh rasanya. Traffic ke Gadang cukup ramai karena berbarengan dengan orang berangkat kerja, sekolah atupun Cuma caper aja di jalan. *ups ngak tahu ding. Kira-kira setengah jam kita udah nyampek di Gadang. Ketemu sama Gumi. Dan horeeee persoil kita udah lengkap. Kita belanja logistic dulu di Al*a Midi Gadang untuk perbekalan . Rute kita Malang kota-Gadang-Turen-Sumbermanjing Wetan-Goa China.

Mari kita lanjutkan trip kita sob ! yuuk Capcus lagi. Gas pool rempol..greng..greng greng. melewati Bululawang yang jalanya mulus, lebar, kendaraan yang besar2, truck-bis saling salip-salipan. Tapi enjoy aja lah. #gaya padahal sebenernya agak takut. Hemmm. Nah habis itu kita disambut tulisan selamat datang “Selamat datang di Kota Turen”. Hoyeee kita udah sampai Turen. Setelah melewati Kecamatan Turen, perjalanan akan ditempuh dengan melalui jalan aspal berkelok-kelok *yang gw bonceng tolong pegangan hahaha dan saat mencapai Sumbermanjing Wetan melewati daerah perbukitan yg di samping kiri jurang sehingga harus ekstra hati – hati dalam berkendara. pemandangan gunung kapur nan aduhai utamanya disepanjang tanjakan desa druju, Selepas dari Sumber Manjing kita menuju Desa Sitiarjo.#savetrip. Terus saja jalan ke arah sampai Sendang Biru. Nah sebelum Sendang Biru ada persimpangan. Kalo terus ke Pantai Sendang Biru kalo kita ambil arah kanan menuju P. Goa China.

Kita ngak langsung ke Pantai Goa China sob. Karena kita tema nya adalah Kar-bakaran. Jadi kita nyempetin dulu mampir ke Tempat Pelelangan Ikan buat beli bom, bukan ! beli ikan dong yang ada di Sendang Biru. Murah kok sob tike masuknya, dengan 1000 rupiah kita sudah bisa masuk TPI ini. Kita di sana beli ikan, katanya penjuanya sih ikan karang sama bandeng laut. Murah juga ikan-ikan disini. Harga per kilonya Cuma 12000 ribu. Murah kan. Ikan udah dapet, yukkk kita lanjutkan perjalanan ke P. Goa China. Kita balek arah ke JLS ( Jalur Lintas Sealatan) Jalan disini sangat mulus karena jalan ini akan dibuat Jalur Lintas Selatan seperti Pantura.Kereeen. Hingga akhirnya kita sampai dipertigaan menuju pantai Goa China.

IMG_6740

Tempat Pelelangan Ikan (cma ini poto gw di TPI)

Perjalanan menuju ke Pantai Goa China ini ngak mudah sob. Akses menuju kesana sangat off road, pake banget. Jalanan yang masih belum di aspal, makadam, nah pas kita kesana lagi musim ujan kan. Jadi jalan menuju sana itu sangat menguji adrenalin haha. Udah becek ngak ada ojek bokek, berbatu lagi. Hufft. Eh ada temen sampai ngak kerasa kalo temen yang dibonceng itu turun. Dia fine-fine aja gitu kayak ngak tau apa-apa. Kasihan . Tahunya pas papasan sam Oet. “Loh Sil, temenmu mana?”, dia noleh kebelakang. Loh! Hahaha. Tapi ayas suka kalo melewati jalan ini. Tahu ngak? Jadi kalo pas di jalan kita berpapasan sama anak lokal sana, mereka langsung menyapa gitu “Hai kaka”, hai juga adek. Seneng sekali liat anak-anak kecil polos nyapa kita. Di samping kanan kiri banyak rumah penduduk kayak di acara “Jika Aku Menjadi “ yang ada di salah satu stasiun TV swasta. Rumah yang sederhana sekali. Satu pelajaran yang didapat. Bersyukur!. Setelah kira-kira setengah jam akhirnya kita sampai di The Chino Cave Beach.

Perjuangan menuju ke P.Goa China, berjibaku dengan batu, lumpur itu sebanding dengan keindahan yang di dapat. Emezing. Luas area Pantai Goa China tidak begitu luas sob, namun keberadaan tiga pulau yang berada di tengah-tengah pantai membuat pandangan lebih indah. #Beautipul Indonesia. Tiga pulau itu adalah Pulau Bantengan, Pulau Goa China dan Pulau Nyonya. Di pinggir pantai ini cukup asri, pohon-pohon berbagai jenis seperti pohon cembirit, ketapang, dan pohon jenis tutup berjajar rapi di area pinggir pantai. Kita pun langsung glosoran di bawah pohon-pohon itu. Akhirnya. Santai di pinggir pantai itu bisa menghilangkan stress sob. Misalnya skripsisosweat, broken heart, korban PHP, LDR. Yiahaha. Pohon-pohon ini cukup meneduhkan, membuat hati tentrem adem ayem. apalagi di bibir pantai yang cukup jernih hingga kelihatan batu karangnya.

IMG_6761

 The Chino Cave Beach sebelah kanan

 IMG_7002

 Team Chino Cave

 IMG_6808

Pose andalan “Harry Potter style” LOL

Akomodasi :

Tiket masuk P.Goa China : 4000

Parkir Motor                        : 5000

Bensin PP                               : 20.000

Beli ikan @orang                : 10.000

Galau di Green Canyon

Sebenarnya nama asli dari Green Canyon adalah Cukang Taneuh yang terletak di Desa Kertayasa Kecamatan Cijulang, kabupaten Ciamis ± 31 km dari Pangandaran. Objek wisata ini adalah sebuah aliran dari sungai Cijulang yang menembus gua dengan dihiasi stalaktit dan stalagmit yang mempesona serta diapit oleh dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan menyajikan sensasi alam yang khas dan menantang. Yang pasti amazing.

Saya masih bersama Sharie, my travelmate yang jauh-jauh dari Jakarta mau nemenin ke Green Canyon. Sebenernya ittenary saya belum matang dan masih amburadul. Jadi ya kondisional. Dan Sharie mengajak ke Green Canyon malem itu juga. Whaaaaaat. Sebenernya sih mau stay dulu di Bandung di rumah temen. Akan tetapi pas aku sms dia, smsnya gak dibales-bales. Haduuuh sial. Berarti saya ditakdirkan untuk ke Green Canyon malam itu juga. Horeeeeee.

Malam itu suasana Bandung cukup dingin yah kayak Malang lah indikatornya. Posisi masih di deket stasiun Bandung. Dan Sharie pun mengajak saya ke Terminal Cicahem. Yah saya ikut saja karena memang buta daerah Bandung dan ini pertama kali ke sana. Pokoknya semuanya saya serahkan ke Sharie. Kata Sharie sih bis terakhir dari Cicahem ke Pangandaran itu jam 20.30 lah ini sudah jam 20.00 belum lagi perjalanan ke sana. Nuntut ngak ya? Belum nyari angkotnya dan macetnya. Huft alhasil setelah gonta ganti angkot sampek 2 kali akhirnya sampai juga di terminal Cicahem jam 22.00. Sharie, jam segini masih ada ngak ya bisnya? Tanyaku sambil ngantuk. Dicoba dulu Imam. Jawab dia. Kalo ngak dapet ya tidur di terminal. Ngenes. Coba tolah toleh kanan kiri eh ada bapak-bapak duduk di depan. Tanya dulu ah.

Permisi pak, bus jurusan ke Pangandaran masih ada ngak pak?

Coba kamu masuk aja dek, terus tanya bapak2 yg di sana, Jawab bapak itu sambil menunjuk arah ke arah bis.

Ini ya Terminalnya Bandung. Yah namanya terminal jam segini juga masih banyak yang lalu lalang. Kaki lima juga masih banyak yang bukak. Dan sekarang coba cari bis yang langsung ke Pangandaran. Saya coba tanya-tanya ke bapak paruh baya itu.

Pak bis yang ke Pangandaran masih ada ngak?

Waduh udah habis mas, terakhir jam setengah 9 tadi.

tapi masih ada bis yang ke terminal …(lupa namanya)…ntar bisa sambung bis yang ke Pangandaran

Waduh, benerkan kata Sharie, bis yang ke Pangandaran udah habis. Hanya bis inilah yang bisa mengantarkankan kami, walaupun ngak langsung ke Pangandaran. Tapi ngak apalah dari pada ngembel di terminal. Gimana Sharie? Saya minta pendapat Sharie. Yah gimana lagi, Cuma ini Imam. Okelah kita langsung naik bis dengan tarif 30.000. Sharie duduk di samping jendela dan saya di sampingnya. Hassseeeeeek. Udah dari situ saya udah ngak tau apa-apa karena di luar gelap. Tidur aja di bis.

Singkat cerita setelah menempuh perjalanan yang begitu lama akhirnya sampai juga di Cijulang. Cijulang ini adalah terminal terakhir menuju Green Canyon. Lamanya berapa jam sih? Coba bayangin aja berangkat dari Bandung jam 22.00 sampai di terminal Cijulang jam 9.00. Hitung sendiri brapa jam perjalanan. Pagi yang cerah ketika sampai di terminal Cijulang. Saya pun turun dari bis yang mengantarkan kami sampai Cijulang. Thanks God akhirnya saya sampai juga di sini dengan selamat. Walaupun badan sedikit pegal-pegal habis menempuh perjalanan yang cukup jauh. Terus bagaimana dari Cijulang ke Green Canyon? Saya coba cari angkutan yang ke Green Canyon dan tanya-tanya orang ternyata tidak ada dari situ. Kita pun didatangi tukang ojek dan menawari kami ojek.

Mas ojek mas? Tukang ojek itu menawari kami.

Berapa pak? tanyaku

Biasa mas lima belas ribu

Sepuluh ribu pak, tawar Sharie

Ngak boleh teh, biasanya segitu

Okelah it’s okey dari pada kelamaan dan tidak ada angkutan ke sana jadi kita pun naik ojek dengan tarif 15.000. ya lumrah lah karena memang tempat wisata. Bapak ojek terus memacu sepeda motornya. Jalanan menuju ke Green Canyon sudah diaspal tapi kami banyak melewati aspal yang berlubang-lubang. Setelah menempuh perjalan kurang lebih 20 menit akhirnya kita pun tiba di Green Canyon. Heh Green Canyon hoi, saking senengnya saya mau jingkrak-jingkrak terus guling-guling sambil teriak “ Hoi I am in Green Cranyon. Hahahahah. Dan saatnya bilang WOW.

Saya turun pas di bawah gapuro Green Canyon. Setelah membayar tukang ojek saya tidak sabar pengen tahu sungainya Green Canyonya Indonesia. Di sana sudah ada banyak pelancong yang kayaknya mau menikmati sensasi Green Canyon juga, ada komunitas bikers, naik mobil, naik motor tumplek blek. Kalo saya lihat tayangan di tipi, sungainya bening, tebing-tebing yang berstalagmit. Saya juga pengen merasakan sensasi mengarungi sungai yang diapit tebing-tebing tinggi dengan perahu dan menceburkan diri di sana. Oh indahnya pokoknya kereeen. Tapi pemirsah pas sampai di bibir sungai, apa yang saya lihat ? ngak seperti yang di tipi malah sebaliknya sungainya coklat keruh. Saya coba ngobrol orang di sekitar situ, teryata keruhnya air itu disebabkan hujan tadi malam yang mengguyur Cijulang dan menjadi banjir. Oh begitu. Ngak apalah yang penting nanti bisa menyusuri Green canyon walau airnya coklat keruh. Di samping Green Canyon ada kantor informasi, saya coba cari informasi bagaimana keadaan Green Canyon, apakah bisa mengarungi sungai dengan keadaan banjir? Sampai di kantor saya sungguh terpukul. (hahah lebay kayak sinetron ) sumpah speechless banget ada tulisan “ PADA HARI INI TGL 07 APRIL 2012 OBJEK WISATA GREEN CANYON TUTUP DIKARENAKAN BANJIR “. Hah apa? Tidaaaaaaaaaaak. Sungguh kecewa berat rasanya pengen masang tali di pohon langsung gantung diri. Hahahaha.

Beginlah suka duka traveling ada senang, sedih, gembira, kecewa. Dan agar tidak kecewa seperti saya waktu berkunjung ke Green Canyon. Pastikan waktu ke Green canyon pas musim kemarau. Kalau kemarau kan sungainya bening jernih dan pastinya tidak banjir. O ya untuk karcis naik perahu mengarungi sungai Green Canyon, per orang ditarik 75.000 dan maksimal 1 perahu 5 orang. Selain itu di Green Canyon juga bisa body rafting juga.

Jadi semoga teman-teman tidak kecewa seperti saya. Alangkah baikya temen-temen ke sana pada musim kemarau. Walaupun ngak bisa mengarungi sungai Green Canyon yang penting sudah pernah mengijakkan kaki sampai di Green Canyon. Cukup sekian pemirsah hanya ini oleh-oleh dari Green Canyon dan semoga bermanfaat.

pas di gerbang Green Canyon

lagi galau liat airnya coklat

Senyum simpul dan terpukul gkgk

with Sharie, my travelmate in Bandung.

Big thanks to Sharie yang menemani dari Bandung sampai Green Canyon n Miss you …

Hitchiker from Malang goes to Komodo Island

 

Bismillahirrahmaanirrahiim……………..

Saya memulai perjalanan ini sendirian dari kota Malang tempat saya tinggal. Semoga informasi ini berguna bagi kawan-kawan yang ingin pergi ke pulau komodo untuk menikmati keindahan alamnya dengan biaya minimalis.

Rabu, 27 April 2011 (14.25 WIB)

@ Stasiun kota Malang, beli tiket kereta jurusan Malang-Banyuwangi (kereta api Tawang alun) yang bakalan berangkat jam 14.30 WIB dari stasiun kota Malang menuju stasiun terakhir di pulau jawa bagian timur (stasiun dekat pelabuhan ketapang Banyuwangi ). Tiket kereta Malang-Banyuwangi : Rp.18.500,-. Jika kawan2 berangkat dari kota lain seperti  Jakarta atau Jogjakarta,tinggal menyesuaikan tiket kereta dari kota masing-masing menuju banyuwangi.

Rabu 27 april 2011 (23.25 WIB)

Sampai di stasiun terakhir banyuwangi,stasiun terakhir ini berjarak sekitar 100 meter dari pelabuhan, so… kawan-kawan yang menggunakan angkutan kereta api untuk menyeberang ke Bali lebih mudah untuk menuju ke pelabuhan, begitu keluar dari pintu stasiun jalan lurus aja,trus setelah ketemu jalan besar,tengok arah kanan,kita udah bisa lihat wilayah pelabuhan. Tiket penyeberangan ke Bali naik kapal penyeberangan Ferry harganya cukup terjangkau,cukup Rp.6000,- kita udah bisa nyebarang ke Bali dengan waktu tempuh 1 – 1,5 jam.

  • Jangan kaget saat kita masuk wilayah pelabuhan Gilimanuk (Bali) kita akan diperiksa kelengkapan dokumen (utamanya KTP) oleh Polisi bersenjata lengkap,ini terjadi semenjak kejadian Bom Bali 1-2,jadi jangan sampai kelupaan bawa KTP atau identitas lain.

Kamis, 28 April 2011 (00.30 WIB)

Begitu merapat di pelabuhan Gilimanuk, cepet2 saya cari bis jurusan Denpasar. Kebetulan ada bis jurusan Jember-Denpasar yang ternyata satu kapal dengan saya dari banyuwangi tadi,saya langsung naik tanpa tanya ongkos. Begitu di atas bis,sang kondektur minta uang karcis yang harganya Rp.25.000,- bisnya lumayan nyaman,dengan AC tapi tiket tetep ekonomi. Hehehehe…  nama busnya “Margahayu”,kalo kawan-kawan belum ketemu bis di banyuwangi,jangan khawatir. Karena bus jurusan denpasar beroperasi 24 jam penuh,jadi tidak sulit menjumpai bis di pelabuhan gilimanuk.

28 April 2011 (05.47 WITA)

Sampai di terminal “Ubung” Denpasar. Kebetulan baru aja adzan shubuh,saya cari toilet umum untuk mandi pagi di wilayah terminal. Sekali mandi Rp.3000,-  nah!deket toilet umum ada mushola,bagi kawan-kawan yang muslim bisa sholat disini.

  • Angkutan umum di pulau Bali agak susah,kebanyakan untuk menuju tempat2 yang spesifik kita bisa naik ojek,kebetulan tujuan saya berikutnya pantai sanur,naik ojek Rp.30.000,-  dari terminal Ubung. Saya transit di Bali selama satu malam (nginep di rumah temen) hehehe.. beb bebz… hemmmaaatt….

Jumat, 29 April 2011 (13.00 WITA )

Selepas sholat jum’at saya packing untuk berikutnya nyebrang ke pulau Lombok,jadi tujuan selanjutnya pelabuhan Padang Bai (sebelah timur pulau Bali). Dari Sanur naik bis menuju pelabuhan Padang bai tiketnya Rp.15.000,-. Sampai di pelabuhan padang bai jam 17.00 WITA  tanpa buang waktu saya langsung beli tiket kapal ferry menuju pelabuhan Lembar (Lombok). Harga tiket kapalnya Rp.36.000,- dengan waktu tempuh kurang lebih  4 jam.

  • Catatan berikutnya : saya sarankan untuk kawan-kawan berangkat lebih pagi menuju pelabuhan padang bai,karena jarang ada bus yang langsung menuju pelabuhan padang bai di sore hari,jadi dari pertigaan menuju pelabuhan padangbai kita harus naik ojek lagi dengan tarif Rp.10.000,-. Sampai jam 3 sore masih ada angkot dengan tarif Rp.5000,-.

29 April 2011 (23.00 WITA)

Akhirnya setelah perjalanan yang melelahkan,saya tiba di pelabuhan lembar hampir tengah malam,masalah baru timbul disini. Angkutan umum lintas Lombok beroperasi hanya sampai jam 18.00 WITA. Mau nggak mau akhirnya saya menumpang truk barang menuju pelabuhan kayangan (sebelah timur pulau lombok).

Sabtu, 30 April (03.00 WITA)

Sampai di pelabuhan kayangan pagi2 buta gini,lanjut beli tiket ferry nyebrang ke pulau Sumbawa. Harga tiketnnya Rp.18.500,-. Alhamdulillah,di dalam kapal ini ada bus jurusan kota Bima,saya tanya sama supirnya berapa ongkos ke Bima pak?  Dengan tiket Rp.150.000,- saya menumpang bus ini sampai ke terminal kota Bima NTB.

30 April 2011 (15.00 WITA)

Tiba di terminal kota Bima setelah perjalan panjang melintasi pegunungan pulau sumbawa,jujur aja.. melelahkan tapi pemandanganya indah banget,kita bisa liat gerombolan monyet liar di kanan-kiri jalan.. hehehehe.. nggak nunggu lama saya langsung naik bus jurusan pelabuhan Sape dengan harga tiket Rp 15.000,- nah.. di pelabuhan Sape ini,kapal menuju Labuhan bajo NTT hanya terjadwal sekali sehari,jadi saya harus bermalam di sape sampai besok pagi.

  • Catatan : tarif losmen untuk semalam di wilayah ini di kisaran Rp.30.000,-. Tapi saya beruntung,di kapal penyeberangan tadi saya berkenalan dengan kawan baru,rumahnya asli sape deket pelabuhan,jadi saya tidak perlu keluar ongkos nginep untuk malam ini. Ini pengalaman pertama saya tidur di rumah panggung yang terbuat dari kayu. Keluarga ini benar2 baik,dalam hati saya berjanji suatu saat saya akan datang lagi ke rumah ini. Terimakasih kawan..

Minggu, 1 Mei (07.30 WITA)

Beli tiket penyeberangan sape-labuhan bajo Rp.46.000,- jadwal berangkat kapal yang jam 8 pagi ternyata molor sampai jam 11 siang,jadi saya menunggu di atas kapal ini sampai jam 11 siang. Kalo kawan-kawan beruntung kalian bisa melihat ikan lumba-lumba di penyeberangan ini.

1 Mei (15.30 WITA)

Merapat di Labuhan Bajo NTT,saya takjub dengan pemandangan kepulauan di wilayah ini.. Indah buangeeeeeettttt… sebelum masuk wilayah labuhan bajo,kita sudah di sambut pulau bidadari yang mirip bukit tempat tinggal teletubies. Setelah mendarat di pelabuhan,nah.. disini saya bingung lagi dimana saya harus cari penginapan yang sesuai dengan kantong saya,akhirnya saya liat ada warung soto dengan tulisan “asli wong solo”,hehehe.. karena saya juga orang jawa,dengan trik beli soto dulu,sambil tanya2 sama bapak tukang soto ini,saya dapet info penginapan sederhana n murah meriah,cukup 25 ribu semalam,udah dapet bonus obat nyamuk bakar untuk malam hari,dan kopi/atau teh di pagi harinya.. nama penginapan itu “HOMESTAY DUA SATU”

  • Semakin dekat dengan tujuan utama saya PULAU KOMODO,semakin bingung. Saat mendarat di pelabuhan tadi saya ditawari seorang tour guide paket menuju pulau komodo dengan harga Rp.350.000,- (dengan catatan menunggu wisatawan yang lain,minimal 10 orang) sebenarnya harga ini tidak mahal sih,karena sewa kapal kesana sekitar 1-1,5 jutaan,dengan penumpang sepuluh orang tarif ini akan ringan,plus tiket masuk Taman Nasional beserta donation fee 85 ribu dan jasa tour guide 100ribu,tapi masalahnya saya benar-benar sendirian,naluri saya mengatakan pasti ada cara lebih murah kesana.

1 Mei  2011 (16.00)

Tuh kan.. saya beruntung lagi,di penginapan “Dua Satu” ini ternyata tempat orang2 pulau komodo menginap saat berdagang atau membeli kebutuhan sehari-hari di labuhan bajo,saya berkenalan dengan orang-orang lokal pulau komodo disini,saya dapat informasi lengkap bagaimana menuju kesana seperti keseharian orang-orang ini. Kebetulan besok pagi ada perahu yang menuju kesana,saya diajak bareng oleh mas guntur,pemuda asli pulau komodo ini benar2 ramah,saya diajaknya nyebrang bareng besok pagi ke pulau komodo. Hehehehe..Alhamdulillah…

  • Malam ini saya habiskan untuk memancing di dermaga perahu kecil tepat di belakang pasar ikan labuhan bajo,dapet ikan buuaaanyaaakk….

Senin, 2 Mei 2011 (13.00 WITA)

Berangkat menuju PULAU KOMODO dengan angkutan perahu kecil berisi 20an orang2 asli pulau komodo plus barang2 kebutuhan mereka sehari-hari. Perkiraan perjalanan 3 jam.  Tarif perahu kecil ini cukup terjangkau,cukup 20ribu sekali jalan.

2 Mei 2011 (16.00 WITA)

Sampai di dermaga Abdul Husen desa komodo,Alhamdulillah.. puji syukur padamu ya Rabb.. akhirnya saya bisa menginjak pulau komodo. Di desa ini tidak ada penginapan,tapi saya jamin tidak kesulitan mencari tempat menginap di desa ini,karena mayoritas warga pulau komodo welcome pada para wisatawan yang masuk ke desa mereka. Kebetulan saya kenal mas guntur yang menawarkan saya untuk menginap di rumahnya,langsung saya iyakan. hehehehehe.. tapi saya batal menginap di rumah mas guntur,karena saya melihat ada 3 orang saudaranya yang akan pergi melaut sore ini untuk menangkap cumi-cumi menggunakan bagan,saya putuskan untuk ikut mereka melaut. Hahahaha… malam ini saya bermalam di perahu..

Selasa, 3 Mei 2011 (07.00 WITA)

Perahu kembali merapat ke dermaga kampung komodo setelah semalaman melaut,saya langsung menuju rumah mas guntur,mas guntur langsung mengajak saya menuju Loh liang,tempat dimana saya bisa melihat komodo langsung di habitatnya. Pagi ini saya nggak sempat mandi,karena ada perahu warga lokal yang akan menuju loh liang,mereka para penjual souvenir di loh liang,jadi saya harus buru2 dengan konsekuensi nggak mandi. hehehehe…

3 Mei 2011 (07.10 WITA)

Sampailah saya di loh liang,baru merapat di pantai,udah disambut rusa liar yang lagi berjemur,sepertinya memang tempat ini sangat menarik. Saya langsung menuju loket taman nasional,tapi di cegah oleh temen2 baru saya yang asli warga komodo. Mas irfan nggak usah kesana,mas irfan kan tamu kampung,jadi tidak perlu beli tiket. Biar kami saja yang antar keliling2. Saya masih bingung,how can..???? saya dianggap tamu kampung komodo..??? padahal saya kan backpacker biasa..??? tapi karena mereka terus mendesak,saya turuti kemauan temen2 saya ini,jadi saya masuk loh liang bersama kawan-kawan  baru saya ini. Akhirnya saya bisa melihat hewan purba ini di habitat asalnya,seneng juga grogi campur aduk. Saya nggak menyia-nyiakan kesempatan untuk foto2 n narsis dibantu temen2 baru saya ini.. Si Faisal anak kepala desa komodo ini lumayan jago juga ambil gambar dengan digicam,hasil jepretanya lumayan bagus.. hehehehe..

Puas rasanya hati ini bisa keliling loh liang ditemani temen2 baru yang sangat ramah,saat mau pulang saya beli souvenir kaos bergambar komodo seharga 70ribu,mahal sih.. tapi sebanding dengan apa yang saya alami di pulau ini.

Tepat jam 11 siang saya balik ke kampung komodo,kali ini tidak naik boat,tapi menyusuri pinggir pantai dan sedikit naik turun bukit selama setengah jam bersama mas guntur. Di pinggir pantai yang kami lewati ada batu karang yang di atasnya terdapat karang2 pipih kecil yang sepertinya sengaja dilempar ke atasnya,saya tanya mas guntur tentang hal itu. Ternyata masyarakat kuno pulau komodo percaya jika batu pipih yang dilempar tidak jatuh,maka akan memiliki anak yang berkulit putih bersih. Tak jauh dari lokasi tersebut ,eh.. ditengah jalan ada perahu milik warga komodo yang datang untuk menjemput kami,hehehehe… orang2 ini bener2 baik..

Setelah ngobrol cukup lama,saya pamit pulang karena perahu ke labuhan bajo berangkat jam 11 siang. Saya ingin memberi sedikit uang pada mas guntur karena telah memandu saya ke pulau ini,tapi dengan rendah hati dia menolak,tidak usah mas.. mas irfan tamu disini.. geleng2 kepala saya.. koq bisa gini ya..??  saya juga diberi kalung mutiara hitam,dia bilang untuk istrinya mas irfan,semoga suka. Ditambah lagi sebotol madu asli pulau komodo plus cumi kering khas pulau komodo. Alhamdulillah… saya sampai nggak enak hati,akhirnya joran pancing plus perlengkapanya saya kasih ke mas guntur. Ini kenang2an dari saya mas.. Insyaallah suatu saat saya akan datang lagi.. setelah berpamitan penuh haru,perahu saya berangkat ke labuhan bajo lagi..

3 Mei 2011 (15.00)

Sore ini saya bermalam lagi di Homestay “Dua Satu” untuk menunggu kapal penyeberangan besok pagi yang berangkat jam 08.00 WITA. Sekalian jalan-jalan keliling pelabuhan untuk mencari transportasi paling murah untuk balik ke pulau jawa. Kali ini saya putuskan untuk menumpang truk ekspedisi yang akan menuju pulau jawa,cukup dengan 100ribu saya bisa sampai di banyuwangi lagi untuk selanjutnya naik kereta pertama jurusan Banyuwangi-Malang yang berangkat jam 5 Pagi.

Saya tidak merekomendasikan cara track saya secara keseluruhan kepada kawan-kawan yang ingin pergi ke pulau komodo,tapi akan saya rangkumkan catatan jalur perjalanan beserta biaya-biayanya di bawah ini.

Sedikit informasi lagi, harga makanan di Labuhan Bajo sedikit lebih mahal dari makanan di jawa,harga semangkuk soto wong solo tempat saya bertanya penginapan tadi plus es tehnya Rp. 13.000,- ada juga nasi kuning dengan lauk ayam goreng dekat pelabuhan seharga Rp.5000,- atau bakso Malang juga dengan harga yang sama.

Untuk telekomunikasi,di wilayah ini hanya ada sinyal Telkomsel,jadi buat kawan-kawan yang menggunakan provider lain silahkan bawa kartu perdana Telkomsel. Di labuhan bajo hanya ada satu warnet yakni “Rpnet”,dekat dengan Homestay “DUA SATU”,kira-kira 10 meter sebelah ke sebelah kanan,karena lokasinya di luar jawa,tarif warnet disini 8000/jam,tarif warnet paling mahal yang pernah saya temui. Pantes aja namanya “RP net”,pengen rasanya saya buka Warnet disana dengan nama ” $$ net” Hahahahahahaha….

Jika uang cash habis dan membutuhkan ATM,ada ATM BNI berjarak sekitar 1,5 KM dari pelabuhan,kawan-kawan bisa naik ojek untuk ke ATM dengan tarif  5000,-.

  • Homestay “Dua Satu” tempat orang2 asli komodo menginap berjarak sekitar 100 meter dari pintu keluar pelabuhan ke arah  kanan. Dekat dengan rumah makan Palapa.
  • Boat jurusan pulau komodo beroperasi 2 hari sekali,kita bisa cari informasi ke dermaga di belakang pasar ikan tentang  jadwal boat ini.

Saran dari saya,bersikap baiklah pada orang-orang asli daerah ini,karena mereka akan membalas kebaikan sikap kita berlipat-lipat. SALAM RANSEL dan SELAMAT JALAN-JALAN.

 

  

Jalur dan Biaya :

Asumsi : 1 orang

Malang-Banyuwangi : 18.500,-

Bayuwangi-Gilimanuk : 6000,-

Gilimanuk-Padangbai : 40.000,-

Padangbai-Lembar  : 36.000,-

Lembar – Mataram : 20.000,-

Mataram-Bima-Sape-Labuhan Bajo : 200.000,- (menggunakan bis Langsung Indah)

Penginapan di Labuhan Bajo : 25.000 x 2 Malam : 50.000,-

Ongkos perahu ke pulau komodo : 20.000 x 2 : 40.000,-

Tiket masuk Komodo + Donation fee : 100.000,- jika bawa kamera ada charge lagi antara 25-50 ribu tergantung jenis kamera

Kembali ke mataram  200.000,-

Mataram – Pamenang : 20.000,-

Pamenang – Lembar : 25.000,-

Lembar – Padangbai : 36.000,-

Padangbai-Denpasar : 30.000,-

Denpasar – Gilimanuk : 25.000,-

Gilimanuk – Ketapang (Banyuwangi) : 6000,-

Ketapang – Malang : 18.500,- naik kereta api tawangalun.

Total Biaya : 871.000,- belum termasuk makan dan minum.

Mas Irfan Aulia Rahman

Kadal Raksasa

Hitching dari Labuhan Bajo sampai Banyuwangi

Ini sebenarnya adalah catatan perjalanan teman saya. Dia bernama mas Irfan dari Malang. Dan postingan ini sudah atas izinya.

Big thanks to mas Irfan.

Bermandikan sunrise dan sunset di lautan savana Baluran

 

Saya ditakdirkan menginjakkan kaki lagi di Baluran setelah 6 bulan lalu juga ke sini. Jadi ini adalah second trip saya mengunjungi Baluran. Tentu dengan suasana, waktu, dan teman-teman yang berbeda pula. Setiap perjalanan pasti punya cerita menarik dan moment yang tak bisa dilupakan. Pertama kali saya berangkat Baluran bersama 20 orang, dengan 2 mobil, dan menikmati sunrise. Yang kedua berangkat bersama 27 orang, dengan 3 mobil, dan menikmati sunset. Dan sama-sama kembali dengan selamat. Alhamdulillah.

Menurut Wikipedia, Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia (sebelah utara Banyuwangi). Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu gunung Baluran. Gerbang untuk masuk ke Taman Nasional Baluran berada di 7°55’17.76″S dan 114°23’15.27″E. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan.

The first trip goes to Baluran

Keadaan di luar mobil masih gelap. Jalanan tidak terlalu ramai. Saya mencoba mengintip keluar dari dalam mobil sekedar pengen tahu ini sudah sampai mana. Suasana di luar gelap gulita tidak ada penerangan satupun. Yang terlihat di kanan-kiri hanya pohon-pohon menjulang tinggi terkena temaram cahaya lampu mobil. Saya juga tidak menemukan satupun rumah warga. Kita berangkat dari arah Situbondo menuju Baluran. Itu berarti sekarang kita berada di hutan sebelum masuk Baluran. Ini jam berapa? Saya melihat jam di tangan kiri saya yang menunjukkan jam 04.00 WIB. Ternyata baru jam empat pagi.

Pak sopir terus memacu mobilnya sedangkan teman-teman masih tertidur pulas di dalam mobil. Coba apa yang saya lihat di kiri jalan itu? Sebuah gapura dan di atas ada plang melengkung bertuliskan “ SELAMAT DATANG DI TAMAN NASIONAL BALURAN”. Akhirnya kita tiba juga di Africa van java yang tak lain julukan dari TN.Baluran.

Walaupun hanya tidur di mobil tapi badan juga bisa pegal. Mrs Marry sebagai korlap beserta temen-temen keluar dari mobil untuk menikmati udara segar. Ia menghampiri petugas yang berjaga dan bertanya apakah sepagi ini bisa masuk TN. Baluran. Bisa mbak, kata petugas. Hore berarti kita nanti bisa menikmati sunrise di Baluran. Untuk tiket masuk TN. Baluran setiap orang dikenakan biaya 2500 dan 6000 untuk mobil. Setelah urusan perizinan dan administrasi kita pun masuk mobil lagi untuk mengejar sunrise di savanna Bekol.

Jarak antara gapura Baluran ke savanna Bekol adalah 12 KM. Jadi ya masih lumayan jauh sekitar 1 jam an. jalan menuju ke sana sudah di aspal akan tetapi kualitasnya kurang baik. Kadang kita melewati aspal yang terkelupas, berlubang yang membuat kurang nyaman. O ya di sana tidak ada angkutan umum. jadi kebanyakan pengunjung memakai mobil pribadi atau naik motor.

Sang fajar mulai menyebar di kawasan Baluran. Dari dalam mobil sudah terlihat pohon-pohon di kanan kiri walaupun masih remang-remang. Dan setelah berjalan 1 jam kita pun sampai di savanna Bekol Area jam 05. 00 WIB. Teman-teman sudah siap mengabadikan moment yang indah ini dengan kamera masing-masing. Sang Surya pun muncul perlahan-lahan dari timur menyinari kawasan savanna Bekol. Cahaya kuning keemas-emasan yang khas menyulap Bekol menjadi lautan savanna yang begitu indah. Amazing. Saya pun tak ketinggalan meraih kamera digital dari tas pinggang dan menjepret objek yang so beautiful.

 Sunrise Baluran dari mobil

sunrise di Savana Bekol

 

The second trip goes to Baluran

Trip kedua saya ini bersama komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya dan Malang. Hah Bonek vs Arema bersatu. It’s amazing. Walaupun di kancah persepak bolaan Indonesia berseteru tapi kami di sini sebaliknya. Damai Indonesiaku. Seharusnya supporter-suporter Bonek dan Arema meniru kami dengan saling menghargai tanpa ada perbedaan. Sehingga tidak ada konflik dan permusuhan yang berkepanjangan. lah kok bahas sepak bola. Hahaha.

Berbeda dengan trip pertama saya. Kalo yang kedua ini, kita mengunjugi TN. Baluran pada sore hari. Dan peserta sekarang lebih banyak dari yang pertama. Temen-temen dari Surabaya ada 2 mobil sedangkan korlap Malang 1 mobil. Rame-rame ke Africa van java sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Persamaan trip pertama dan kedua ini adalah sama-sama tiba jam 5. Tapi kalo yang pertama jam 5 pagi dan yang kedua ini jam 5 sore. Jadi kita sampai di savanna Bekol area sudah disambut sunset Baluran di sore hari. Cahaya matahari sore yang hangat, nyaman membalur tubuh saya. Kawasan savanna Bekol adalah tempat favorit pengunjung untuk menikmati sunrise dan sunset. Saya mencoba mengabadikan sunset di samping pohon rindang menjulang dengan pemandangan Gn. Baluran yang berada di barat. Cahaya Sunset pun memancar dari atas Gn. Baluran dan perlahan seakan-akan hilang di baliknya. Dengan dihiasi awan putih menggumpal menambah keindahan Baluran. Saatnya bilang WOW terus glosoran di savanna Bekol. Hahaha.

Sebenarnya kawasan savanna Bekol area itu ada apa sih? Jadi di sana itu ada Shelter atau gazebo buat istirahat, pos jaga, kantor seksi, PLTS, Barak Polisi Hutan, menara pandang, Rusa home stay, Merak home saya dan Rusa home stay dan tentu saja lautan savanna. Kalo ingin menginap di Baluran sudah disediakan 3 home stay di atas jadi ngak usah bingung. Untuk per malamnya cukup murah yaitu 30.000 per orang. Murahkan.

Ketika di Baluran kita juga bisa menikmati wisata selain savanna Bekol area. Di sana kita juga bisa trecking ke sumber air Manting. Di dalam perjalanan kita bisa melihat binatang yang mendiami Baluran seperti kera hitam, monyet, merak hijau dan kalau beruntung banteng dll. Ada juga menara pandang dan juga dermaga menikmati hampara samudra luas. Dan tidak ketinggalan setelah trecking di Manting kita bisa menikmati pantai Bama yang berjarak 3 KM dari Bekol. Kita juga bisa snorkeling di pantai Bama dengan menyewa kapal di sana.

 Sunset Baluran

 Sunset di Savana Bekol

Sumber air Manting

Pantai Bama

Beautiful Indonesia. Jadi apa yang ditunggu, ambil ranselmu dan visit Taman Nasional Baluran.

 

 

 

 

Sakit di negeri antah brantah itu ngak enak !

Kali ini saya akan berkunjung ke Bandung dengan rute Surabaya-Bandung. Dari bandara Internasional Juanda Surabaya saya sebenerya take off  pukul 17.30 WIB. Tapi 3 jam sebelumnya saya sudah standby di sana. Terus ngapain coba? 3 jam menunggu pesawat. Bandara Juanda adalah bandara super sibuk kedua setelah bandara Soekarno-Hatta Jakarta dan bandara ini merupakan kebanggan arek-arek Surabaya. Ya iyalah coba liat noh (ngak bisa bro paling Cuma bayangkan )  lalu lalang para penumpang, sopir taksi, jasa travel, sekuriti waala alihi wasohbihi  banyak sekali berseliweran. Tapi juga ada yang duduk-duduk manis di kursi yang disediakan oleh bandara. Saya juga mau istirahat, duduk-duduk dulu karena baru juga sampai sambil melepas lelah.
Sekarang sudah ngak kayak orang ndeso lagi masuk bandara karena sebelumnya sudah pernah menginjakkan kaki di bandara. Hahaha. Jadi santai saja. Saya mulai masuk ruangan dan bertemu petugas penjaga alat detector meminta melepas barang bawaan. Tolong tasnya dilepas !  Okelah. Yah buat menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Contoh saja jangan-jangan ada yang bawa narkoba, teroris bawa bom, penjahat, perampok dll yang masuk. Kali saja. Barang bawaan saya aman. Selanjutnya mencari counter pesawat, waktu itu saya pakai Airasia yah ternyata sudah di depan mata. Saya pun langsung check in dengan menyerahkan tiket dan tas saya diberi kayak tanda yang bertuliskan Airasia. Setelah semuanya beres petugas counter meminta saya untuk membayar Airport tax di loket yang telah disediakan sebesar 40.000 IDR. Dan sekarang menuju waiting room. Siap-siap take off.

2 jam berlalu dan akhirnya petugas meminta para penumpang yang akan ke Bandung lewat pengeras suara untuk masuk pesawat. It’s time to take off. Di dalam kabin ada tiga petugas memberi penjelasan tentang bagaimana mengencangkan sabuk pengaman, bagaimana kalo terjatuh, apa yang harus dilakukan? Dan saya mengikuti arahan petugas tersebut dengan memakai sabuk pengaman. Hawa dingin yang ditimbulkan oleh AC pesawat mulai terasa. Badan mulai menggigil. Dan saya pun memakai jaket untuk meminimalis hawa dingin tersebut. Jussssssssssssss selamat tinggal Surabaya. I am coming Bandung.


Pesawat mulai meninggalkan Surabaya. Menjauh dan menjauh. Dari atas pesawat saya mencoba menengok ke bawah terlihat daratan Surabaya berupa petak-petak tambah yang keliatan mungil dan selat Madura yang biru. Pesawat sudah tinggi sejajar dengan awan putih yang menggumpal, bergelayutan seperti negeri di atas awan. Sungguh pemandang yang indah. Rona senja dari ufuk barat sangat indah sekali. Sesekali pesawat menabrak gumpalan awan yang terasa seperti melewati jalanan yang rusak kalau di darat.  Dan saya sempat membayangkan bagaimana kalo pesawat ini jatuh? Oh tidak. Semoga saja jangan. What’s happen? Kenapa tiba-tiba kepala saya sedikit pusing? Oh mungkin ini efek tidak makan siang tadi karena ngak ingat sama sekali. Hahaha. Saking senengnya kali ya. Tapi sakitnya tidak seberapa sih. Dan masih bisa ditahan. Entah ini sudah sampai mana? Suasana di luar sudah gelap dan saya menengok ke bawah lagi. Lampu-lampu berteberan kerlap kerlip menghiasai daerah itu. Dan tidak lama kemudian pesawat landing juga di bandara Internasional Husain Sastranegara.

.


Inilah akibatnya kalau pola makan tidak dijaga. Badan jadi drop, kepala tambah cekot-cekot waktu turun dari pesawat. Keringet dingin mulai keluar dari pori-pori kulit. Dan mata pun berkunang-kunang.  Saya terus berjalan menyusuri lorong-lorong bandara untuk keluar. Semoga bisa mendapat angin segar.
Sampai di negeri antahbrantah tapi ngak ada satu orang pun yang saya kenal. Rencananya setelah dari bandara saya mau menuju stasiun Kereta Api. Tapi saya harus ambil jalan yang mana. Yah sambil memegang kepala sambil meringis menahan sakit, saya bertanya kepada akang yang ada di sampingku persis arah menuju stasiun.

Permisi akang, jalan menuju ke stasiun mana yah? Tanyaku
Kamu lurus saja nanti belok kanan. Jawab akang
Masih jauh kang?
Yah lumayan.
Oke, terima kasih kang

Saya pun sambil menahan sakit kepala yang sangat parah kayak vertigo dan keringat dingin yang masih bercucuran mencoba bertahan berjalan ke arah timur. Ditambah hawa dingin kota Bandung yang menghempas tubuhku. Saya hanya membawa daypack, memakai celana pendek dan jaket yang saya taruh di pundak. Jalanan terlihat sepi dari pejalan kaki dan hanya saya sebatang kara berjalan sendiri. Gembel tenan. Tidak lama berselang ada seorang bapak mengendarai motor memotong jalanku. Saya pun kaget. Siapa ini? Lalu bapak tersebut bertanya.

Mau ke mana mas? Tanya bapak itu dengan logat Sunda
Mau ke stasiun pak. Jawabku
Hah ke stasiun. Masih jauh mas, kalo gitu ayo aku bonceng.
Oke-oke pak, makasih

Saya berusaha sekuat tenaga sambil memegang kepala yang begitu pening untuk naik ke atas motor sambil pegangan bapak. Selama perjalanan bapak itu terus ngajak ngobrol tapi saya Cuma bilang “ iya…iya” sambil menahan sakit. Jadi ceritanya gini, dulu bapak juga pas di luar kota sendirian, ketika punya masalah dan tiba-tiba ditolong oleh seseorang yang tidak ia kenal. Jadi mungkin bapak ini kasihan ya liat saya. Ketika ia lewat dan berpapasan dengan anak muda yang jalan sendiri kayak orang ilang sambil sempoyongan. It’s me. Perjalanan dari bandara ke stasiun kurang lebih15 menit kalo naik motor. Dan bapak menurunkan saya pas di seberang stasiun, deket warung-warung dan penjual nasi goreng. Terima kasih bapak.

Saya istirahat dulu di warung di depan stasiun. Dan membeli sebotol aqua tanggung. Duduk-duduk manis di kursi dan mencari obat di tas. Saya geledah semua isi tas dan hasilnya nihil. Oh mungkin ketinggalan di rumah. Kepala ini masih berat, cekot-cekotnya sudah stadium 4 ini kayaknya. Bukan hanya itu, perut ini juga agak mual-mual. Sebenernya pengen nangis tapi ya siapa yang ditangisi. Kalo sakit jauh dari bapak mamak, sanak saudara, temen-temen itu menyiksa banget. Terus siapa yang dimintai tolong?  Perut rasanya mual-mual pengen muntah dan tidak bisa ditahan. Sambil sempoyongan saya keluar warung dan menjauh. Huweeeeek huweeeek akhirya keluar juga. Tapi saya bersyukur rasanya sedikit berkurang.

Ketika saya berbalik arah dan kembali ke warung. Sepertinya ada seorang cewek berkerudung membawa ransel juga kok kayak kenal yah. Ya iyalah dia itu kan Sharie. Dia juga travelmatku pas di KL-SG dulu. Memang sebelumnya kita sudah janjian di stasiun sini. Beruntunglah saya sudah ada temen ngobrol, sharing dan tidak Solo lagi. Badan ini masih lemes karena belum makan siang dan akhirnya kita jalan mencari makan. Dan kita berhenti di RM Bandung untuk mengisi perut dan istirahat sebentar. Kuliner kami malam ini adalah nasi buntel, tahu, cumi dan paruh. Selamat menikmati. Tips sedikit kalo jalan-jalan jangan lupa makan biar stamina fit dan juga sedia obat-obatan buat persediaan selama perjalanan.

Big thanks to Sharie yang menemani di Bandung
Dan juga bapak yang bonceng dari bandara ke stasiun.
Thanks a lot.

Mampir di Makam Bung Karno

Setiap detik, setiap menit aku selalu memikirkan trip ke depan, pokoknya dah jatuh cinta dah ama trip. Hari itu aku ngak tau mau ke mana, pikiran dah pusing. Mungkin kini aku kena virus itu tuh Backpacking stadium 4. Yang dipikirkan cuma jalan-jalan ala Backpacker doang. Padahal waktu itu fulus dah menipis banget. Gaji bulan itu juga belum cair, wah parah deh. eeeeeeeeeeeee datang si Udin sedunia alias Syafiudin, dia asli Aremania juga suka jalan2. ”’ Bas ndwe acara gak? ”’,tanya si Udin. ”’ wah aku lagi free saiki din “‘, jawabku. Yows ayok jalan-jalan nek Blitar ae. Tampa pikir panjang aku langsung mengiyakan ajakanya. lha wong wes keno virus jalan2.

Tapi di sana bukan murni jalan2 sih, dia punya tender untuk mengerjakan pembuataan tanggalan salah satu sekolah negeri di Blitar sana. langsung saja aku siap2 ke sna. Ayo aku wes siap ki. Kita berangkat kira2 jam 07.00, perjalanan kurang lebih 1 setengah jam lah dan sampek sana 08.30. Tapi yang buat jantung ku mau copot tu gaya mengendarai motornya tuh. Bayangkan aja motornya Satria F yang terkenal banter tu kayak rosi, selip kanan selip kiri pokoknya memacu adrenalin ku dah. Coba rasakan nyelip truck dan diantara truck2 gede banget.

Setelah kelar dengan kerjaanya , kita langsung menuju makam Bung Karno dengan bertanya2 ama warga sna. soalnya kita juga belum pernah ke sana. kalau ke Blitar sih bolak-balik tapi mampir di Makam Bung karno belum. Sebelum nyampe sna kita sempet nyasar di parkiran Bus yang sedang ziarah ke sana. Tapi setelah tanya2 ama pedagang akhirnya kita dapat pencerahan juga. Ternyata perjalan masih sekitar 1 KM. Kita langsung tancap gas untuk sampe ke sana karena dah sore. Sampe juga di Makam bung karno. Sebelum masuk kita parkir dulu. Di sana parkirnya murah lah, bandingkan aja biasanya buat parkir untuk tempat wisata2 kan mahal tapi di sini kita cuma ditarik 1000 rupiah.

Di dalam area ada perpustakaan besar kebanggaan warga Blitar tapi pas kesana udah kesorean jadi perpustakaanya sudah tutup, selain itu banya pedagang yang menjajakan bunga untuk ziarah. Sebentar saja, Kita pun masuk ke makam bung karno sambil mendoakan arwah Bung karno semoga amalanya dapat diterima disisinya. Setelah selesai di Makam kita keluar lewat jalur satu arah, disana juga banyak kios2 yang menjajakan souvenir tentang bung karno dan Blitar. Ada sekitar 73 kios di sana, wah rame banget lha wong jalanya sempit banget. setelah muter2 sambil poto2 pakai camera Udin sedunia akhirnya kelar juga, eeee kita pun tak melewatkan poto ama patung Bung kaarno. ……….sampai di sini ceritaku, mana ceritamu.

Ranukumbolo Lake, Mahameru

Okelah semuanya, pasti bertanya-tanya mana sih Ranukumbolo itu? Tapi kalo anak gunung ya ngak asing lah dengan Ranukumbolo. Ranukumbolo adalah sebuah danau di kaki gunung Semeru yang sangat eksotis banget, ngak rugi dah kalo hiking ke sana. kita akan disuguhi danau yang luas nan jerih dan dikelilingi oleh bukit yang sangat bagus banget. Ranukumbolo terletak di Lumajang Jawa Timur tingginya 2400 mdpl. ini adalah adventur ku bersama teman-teman menjuju Ranukumbolo. Kita berlima ( aku, Fajar dari Solo, Daia dari Malang, Hamdan dari Pujon dan mbah oyon dari Cirebon akan hiking bareng ke Ranukumbolo. Kita berangkat sebenernya jam 08.00 dari rumah tapi karena masih ngurus tetek mbengek kayak sewa tenda, SB, lampu dll molor sampe 11.30 deh tapi ngak apa-apalah demi menuju ranukumbolo.

 Setelah kelar ngurus apa ini apa itu langsung tancap gas biar ngak kesiangan tapi ada lagi yang kurang yaitu mampir ke Indomaret ama Apotek untuk beli bekal yang kurang. AKu sudah ngak sabar pengen cepet nyampek tuh okelah kita cabut gas pol rem pol dah. Akhirnya sampe juga tapi bukan nyampek ke ranukumbolo masih jauh tu, akan tetapi sampe kantor buat perizinan kita tepatnya di daerah Tumpang. setelah setengah jam menunggu akhirnya selesai juga. Banyak juga orang yang mau izin ke sana setelah SDSB mereka ada yang dari SBY, Jombang dll banyak pokoknya. Lanjut……kita pun tancap gas lagi memburu waktu supaya sampek ksana ngak kesorean, akhirnya nyampek poncokusumo juga. Di sana kita disuguhi pemandangan yang oke punya juga, kanan kiri jalan banyak pekarangan apel poncokusumo milik warga. Ah pengen banget metik satu aja tapi apa daya cuma pengen doang coz buru waktu biar bisa sampek sana ngak kesorean. Hawa dingin mulai mencabik-cabik kulit kita, dinginya minta ampun padalah tu di poncokusumo belum lagi di Ranukumbolo.

Dari Poncokusumo kita melewati The rainbow coban ( Coban pelangi ), dari Coban pelangi masyaallah medanya bukan main nanjaknya sampek sepeda motor yang aku tumpangi tersiksa maksudnya ngak kuat, okelah aku turun aja biar bebanya berkurang. Pokoknya banyak tanjakanya lah. Akhirnya kita sampe desa Ngadas juga yaitu desa dimana Suku Tengger tinggal. Kita terus melanjutkan perjalanan kita , tapi gitu jalanya di samping tanjakan tambah aspalnya mengelupas lagi alias broken pooool, turun lagi sampek ngos-ngosan. Biarlah demi Ranukumbolo. Akhirnya setelah melewati trecking yang memacu adrenalin sampek juga di Ranupane ( Pos perizinan juga).

Kita sampai di Ranupane sekitar jam 14.30, rasanya gak karuan dari pegel-pegel linu campur jadi satu. Suasana dingin tambah merasuk dalam tubuh, dinginya juga minta ampun bos, kagak nahan. kita pun mulai mengambil air wudhu dan sholat berjamaah, eh tapi sebelum sholat kita lapor lagi ke pos perizinan untuk menyerahkan surat dari Tumpang tadi ya cuma itu doang sih. Setelah sholat ada yang laper dan yang mau langsung melanjutkan perjalaanan. Wah ki enak mangan bakso, adem-adem jan cocok ki, kata si Fajar tu. Dia dah laper banget katanya tapi aku ngak ikut, cuma memandang dari jauh (asline pengen hehehh).

Setelah semuanya kelar kita pun berangkat menuju Ranukumbolo. Jalan pertama dari Ranupane itu aspal tapi setelah berjalan sekitar 1 KM jalan dah kagak aspalan alias tanah, tapi kagak becek karena ya ngak hujan. Huft Hai …..aku baru berjalan beberapa KM aja dah ngos-ngosan bro, jalan pertama itu sedikit nanjak walaupun sedikit itu juga menguras tenaga banget. Aku liat yang laen tu ngak ngos-ngosan kenapa aku aja yang ngos-ngosan. Mungkin ini kurang latihan fisik sih sebelum berangkat jadi ngos-ngosan. Bandingkan aja mereka semua tuh dah hobi banget hiking pasti juga dah menguasai medan. Ada Hamdan, Fajar, Daia itu sudah pernah malah sampek puncak semeru, lha aku, apa ? mungkin baru Bromo aja itupun cuma 1 jam nyampek. Akhirnya setelah berjalan selama kurang lebih 40 menit dengan melewati trecking yang naik turun, belok kanan kiri , semak belukar, sampe juga di pos 1. Di sana sudah ada pendaki yang laen, kalo aku liat-liat sih mereka itu bule, Postur tinggi besar pakai sepatu both semua, mata biru, pakai bahasa yang aku kagak ngerti dah. Setelah rest/istirahat beberapa menit kita pun melanjutkan perjalanan. Jarak yang kita tempuh dari pos 1 ke pos 2 lumayan deket paling cuma sekitar 30 menit deh kayaknya. Di dalam perjalan, aku banyak menemui binatang bermarga aves, ya apa itu? masak kagak tau sih , coro gampange yo manuk lah hehehheh. Burung-burung banyak yang seliweran , ada yang kecil banget juga ada yang sedang. Lagi-lagi aku ketinggalan ama temen2 mereka dah jauh banget sedangkan aku masih menikmati alam (padahal ngos2san heheh) akhirnya nyampek juga di pos 2. Setelah sampek di pos 2 aku ngak istirahat tuh, wah lagaknya kayak kuat2 aja tapi sebenernya capek banget tapi aku tahan hehhehe. aku teruskan perjalananku yang lama banget akhirnya nyampek di pos 3 juga. aku istirahant sebentar di situ , teman2 dah duluan tu kayak Daia, Hamdan dll mereka tu kayak punya ilmu meringankan tubuh aja deh, bikin ngiri aja. Meninggalkan pos 3 itu sangat berat, bayangkan aj setelah pos 3 itu treckingnya nanjak banget sekitar 50 meteran. Tapi aku kuatkan agar bisa nyampek dah walaupun jantung mau copot. Aku ngak bisa ceritakan semuanya dah lama banget kalau aku ceritakan smeuanya jadi novel nanti hehehhee. singkat cerita aku dah melewati trecking semuanya akhirnya nyampek juga di Ranukumbolo. Puas banget rintangan2 dan payah dibayar dengan keindahan Ranukumbolo yang eksotis.

Malem-malem menyusuri hutan NongkoJajar menuju Bromo

Sial! Ni orang-orang mana toh? Ditungguin dari tadi belum muncul juga. Saya beserta 7 teman mengendarai sepeda motor dari Malang. Sebelumnya kita barengan dan beriringan tapi berpisah di tengah jalan. Entah saya yang duluan atau mereka. Saya telpon ngak bisa, di sms pun ngak bales. Arrgghhhhhh. Dan menunggu itu memang pekerjaan yang menyebalkan. Saya menunggu di pinggir jalan arah Malang-Surabaya sudah deket Nongkojajar. Angin dari hembusan truck-truck yang lewat serasa seperti angin ribut yang menghempas badan saya. Saya pun duduk-duduk sambil ngeliat kendaraan yang lalu lalang, jangan2 mereka lewat. Sudah setengah jam di sini tapi belum nongol juga. Ooh akhirnya ada segerombolan orang-orang yang kayak kenal huahaa ternyata memang temen2. Lega rasanya , okelah yuk kita capcus. Jalan kita masih panjang broh belum ada seperempatnya. Saya pun nyeletuk kepada temen2.

 

Rek saiki ojo pisah2 maneh, megelno (Sekarang pokoknya jangan pisah lagi, ribet kalo gini)

Iyo iyo (Okeh broh) jawab mereka serempak.

 

Setelah memacu motor gas pol rem pol, akhirya kita nyampek juga di Nongkojajar tapi ini baru masuk kecamatan dan itupun masih jauh. Dari sini masih terlihat rumah-rumah warga yang masih nyala lampunya karena memang masih jam 21.00 WIB. Dan warga masih banyak yang berseliweran. Kita lurus saja menyusuri jalan menuju Bromo akan tetapi ketika menemukan jalan bercabang, penunjuk arah kita juga bingung. Wadaaaah. Bisa tersesat ini. Okelah saya turun dan bertanya pada warga yang duduk-duduk santai di pinggir jalan.

 

Pak arah teng Bromo lewat pundi? Tanyaku

Oo lewat yang jalan sini mas (sambil menunjuk arah yang belok kiri),

Sampean jalan ngikuti dalan iki, jawab bapak tersebut.

Matur suwun pak, (sambil melempar senyum manis)

 

Jalan Nongkojajar-Bromo ini mulai sepi hanya suara moto-motor kami yang terdengar. Rumah-rumah warga pun sudah mulai jarang. Dan hanya cahaya lampu motor kami yang menerangi jalan. Sekarang saya melewati deretan pohon kopi berjajar di kiri jalan yang tersorot oleh lampu motor. Angin malam seakan merobek jaket tebalku dan menerobos melalui celah-celah bolongan kecil. Tambah lebih parah lagi menusuk-nusuk kulit seakan-akan sampai tembus ke tulang. Hidung meler, tangan pun mulai kerasa beku karena dinginya udara yang bertubi-tubi menghantam kami. Tapi semuanya itu tidak menyurutkan tekad kami untuk menapaki gunung Bromo.

Dari jauh terlihat ada pancaran cahaya selain cahaya motor kami. Telingaku mulai mendengar gemuruh suara. Setelah kami mulai mendekat dan nyampek ternyata sumber dari gemuruh suara itu adalah Pos 1 menuju Bromo. Di sana sudah ada 1 kelompok pendaki Bromo memarkir mobilnya.wuih enak naik mobil rek. Dan beberapa penjual yang menawarkan perlengkapan naik Bromo seperti sarung tangan, koplok dll. Kami pun istirahat sejenak di Pos 1.

Setelah dapet istirahat , kita melanjutkan perjalanan naik bukit turun bukit ini. Jalanan berkelok-kelok, jurang di kiri jalan sedangkan tebing di kanan. Pohon-pohon terlihat remang-remang terkena sedikit pancaran bulan. Hidung mampet, badan menggigil, kepala sedikit pusing selama itu. Eh tahunya sudah nyampek sebuah tempat tapi ngak tau namanya. Di situ saya speechless melihat semuanya itu. Jadi ada sebuah gunung (kayaknya Gn.Batok) dikelilingi oleh kabut putih entah ini awan atau apa? karena Cuma terlihat samar-samar. Coba kalau saya berangkat siang pasti keindahan ini akan lebih mempesona.

Ternyata kita di situ tersesat. Penunjuk arah mengomando untuk balek arah. Seharusnya tadi pas ada jalan ke kanan, itu yang kita ambil. Udah hampir nyampek broh. Jalanan sangat curam, aspalnya mengelupas, batu sebesar sekepalan tangan memenuhi jalan. Kita pun mengurangi kecepatan agar tidak jatuh. Setelah bergelut dengan medan curam yang sangat berat akhirnya sampai di jalan yang landai. Jalan itu sedikit berumput dan berpasir. Hah. Hareeee kita sampai Bromo everibadehh.

Sampai di sana saya langsung mengeluarkan peralatan camping (tenda dan kompor beserta nestingnya hanya itu). Teman-teman yang lain mendirikan tenda sedangkan saya memasak mie untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Tenda sudah jadi, mie pun sudah matang. Saya mengeluarkan nasi yang dibawa dari Malang dan dicampurkan dengan mie. Dalam hitungan menit menu sederhana tersebut habis dilahap zombie yang sedang kelaparan hahaha.

Coba bayangkan saja berapa suhu di sini? Saya juga ngak tahu haha. Indikatornya udara di sini sampai terasa ke tulang. Body motor sampai mengkristal es. Kopi yang mendidih langsung bisa diminum karena saking dinginya. Ngak tahu berapa derajat selsius suhu di sini.

Okelah sudah kenyang, it’s time to sleep. Kita semua amatir dalam hal mendaki gunung walau di Bromo naik motor. Untuk penghangat badan di sana memakai selimut saja tidak pakai Sleeping Bag. Kita tidak membawa matras untuk pelindung dari dinginya tanah di Bromo. So, saya pun tak bisa tidur karena sangat kedinginan. Dan juga kepala pusing, badan gemeteran, rahang-rahang bertatapan, hidung meler, langsung muntah-muntah. Ini katanya saya terkena AMS ( Accout Mountain Sickness). AMS ini terjadi karena daya tubuh yang tidak bisa beradaptasi dengan suhu baru, ketinggian, dan biasanya terjangkit oleh pendaki2 pemula seperti saya.

Untuk menghilangkan kedinginan, salah satu teman puny ide. Bagaimana kalo kita buat api unggun? Terus kayunya dari mana? Gampang kita ambil saja tanaman ( kayak tanaman liar sebesar jari kelingking) yang mengering banyak di sekitar kita. Okeh let’s go. Akhirnya kita pun bergotong royong ( cirri khas orang Indonesia banget ) untuk mencari bahan baku membuat api unggun. Hore api unggunya sudah jadi , Alhamdulillah bisa mengurangi kedinginan kami. Dan semuanya itu berlangsung sampai fajar.

Habis subuh, kita memacu motor dengan medan pasir yang sangat berat untuk menuju kawah Bromo. Tak ayal roda motor yang saya tumpangi sedikit-dikit oleng dan hampir jatuh. Rona-rona putih mulai menebar ke seluruh permukaan Bromo akan tetapi sunrise belum juga muncul. Lautan pasir, Gn. Batok, Gn. Bromo yang tidak terlihat mulai nampak yang tadi malam hanya gelap gulita. Segerombolan hartop, Pura Agung kebanggan masyarkat Tengger dan para pendaki Bromo yang sudah naik mulai terlihat. Kita sudah sampai Bromo bradaaaaah.

Dan saya kembali speechless bisa menikmati keindahan Bromo dan lautan pasirnya. Baru sampai sini saja sudah WOW apalagi berada di kawah Bromo. Jadi untuk menuju kawah Bromo, kita harus trecking sekitar 1 jam atau juga bisa naik kuda yang banyak di sana. Tapi saya milih jalan aja hahaha ngirit sambil olahraga pagi.

 

Akhirnya setelah bekerja keras, jalan langkah demi langkah, dan menaiki anak tangga satu demi satu saya pun sampai di bibir kawah Gn. Bromo. Pemandangan di sini tambah lebih okey. Kita bisa melihat Gn. Batok dan hamparan lautan pasir yang luas. Di kawah Gn. Bromo ini sudah banyak pendaki lain yang menanti sunrise dari puncak Bromo. Cahaya kekuning-kuningan mulai terpancar dari ufur timur dan ini yang ditunggu-tunggu oleh semua pengunjung. Menikmati sunrise di kawah Gn. Bromo.

 

 

sayang kualitas gambarnya kurang bagus, tapi nga apalalah yang penting ada gambarnya gkgkgk. Bromo, i’ll visit you again.

Terombang-ambing di Selat Bali menuju Pulau Tabuhan

Kita jama’ah Backpacker Indonesia regional Surabaya dan Malang singgah dulu di rumah salah satu teman yg tinggal di Banyuwangi. Namanya kerenya Cumi (kepanjanganya bukan cumi-cumi loh) tepatnya di Glenmoor Banyuwangi. Sekitar jam 6 pagi kita sampai di rumahnya. Pagi itu suasana kabupaten Banyuwangi lagi mendung. Sang Suryapun tidak menampakkan sinarnya. Aku berusaha mencari jaket yang masih tertinggal di mobil untuk mencari kehangatan karena hawa di sana kurang bersahabat. Raga ini masih sedikit letih yang baru saja menempuh perjalanan dari Malang-Banyuwangi sekitar 8 jam. Dan itu bukan perjalanan yang sebentar.

Sang tuan rumah alias Cumi mempersilahkan kami untuk masuk rumah. Ada yang istirahat karena capek nyetir, sekedar leyeh-leyeh di kursi, rebahan di kasur (saking capeknya mungkin), ke toilet (ngempet dari Suroboyo-Banyuwangi), ganti baju buat persiapan nyemplungisasi. Dan aku masih pengen menikmati suasana di luar rumah. Dingin-dingin gini kok pengen ngebul. Aku merogoh saku celana mencari bungkus rokok, kok ngak ada. Waduh ternyata habis pemirsah. Baiklah aku jalan ke arah jalan raya buat cari toko untuk beli rokok. Ternyata ada toko di seberang jalan raya. Akhirnya beli 2 bungkus buat cadangan ke depan. Lumayan.

Mampir di rumahnya Cumi

Ternyata di balik layar keluarga Cumi sudah menyiapkan breakpest untuk kita. Padahal masih pagi banget loh, jam berapa ya masaknya? Kita diajak di ruang makan dan di situ udah siap menu kuliner Jejer tarik-tarik di atas meja. Sepertinya ini sejenis lontong yang aromanya sedikit tajem kayak kare tapi bukan kare. Di atasnya ditaburi bihun dan tempe. Dan setelah dicicipi kuahnya itu semacam ada bahan kacang-kacangan yang menambah gurih. So far top markotoplah alias maknyus, ladzit kuliner Banyuwangi ini (kuliiiineeeer ae koyo pak Bondan). Dengan lahap kita menikmati sendok demi sendok Lontong kare maknyus sampai tak tersisa. Haeeeeeeeeeeeeek. Terimakasih Cumi.

Lontong maknyus

Karena ngak pengen kesiangan sampai di Pulau Tabuhan, kamipun pamit ke keluarga Cumi. Jarum jam menunjukkan 07.00 WIB. Satu demi satu dari kita berpamitan kepada ibu Cumi yang telah dan rela memasakkan breakpast untuk kita. Yah sebagai tanda terima kasih dari kita. Okelah setelah semua selesai, kita langsung capcus menuju Pulau Tabuhan. We are coming Tabuhan island.

Suasana pagi itu tambah tidak mendukung. Langit masih mendung dan ditambah rintik-rintik hujan di Banyuwangi. Dan aku mencoba meraih jaketku dan memakainya agar terhindar dari hembusan angin yang masuk dari cela-cela jendela mobil. Di dalam perjalanan mobil dari korlap Malang sering ketinggalan dari mobil-mobil Surabaya. Maklumlah karena mobil yang kita dapat sedikit tua dan tenanganya kurang maksimal di banding mobil-mobil baru. Bayangin aja mobil L300 tahun 70 an tading dengan mobil baru seperti Xenia sama Luxius ya ngak bisa barengin n lebih-lebih ketinggalan terus. Tapi untunglah temen-temen dari SBY itu baik hati, ngak egois, bijaksana, perhatian sma kita-kita yang memang tahu bahwa mobil kita termasuk sudah dhuafa. Kita saling kontak-kontakan melalui sms. Apabila mobil mereka sudah jauh dan tidak keliatan maka aku sms agar tidak kehilangan jejak.

Kijang 1, kijang 1 objek tidak keliatan, rojer.

Diterima. Sambil mengurangi kecepatan mobil. Itulah beberapa sms kami.

Setelah menempuh kurang lebih 3 jam an, akhirnya kita tiba juga di Pantai kempi. Pantai kempi ini adalah pantai yang akan memberangkatkan kami ke Pulau Tabuhan. Letak dari Pulau Tabuhan ini kalo dari kota Banyuwangi ambil kiri jurusan Situbondo. Tepatnya di kecamatan wongsorejo Banyuwangi. Kemudian di kanan jalan kalo ada plang P.kempi ambil kanan. Pantai kempi tidak jauh dari jalan raya. Sebelum sampai di P.Kempi kita disuguhi kebun anggur merah yang sedang ranum yang dipagari kawat oleh pemiliknya. Dan tidak kalah lagi di dekat P.Kempi ada pengepakan melon Appolo yang istimewa. Kulitnya berwarna kuning dan katanya untuk di ekspor ke Luar negeri (Singapore).

Kita langsung memarkir mobil dan keluar menikmati suasana Pantai Kempi. Angin pantai mulai menghembus poni-poni dan dahan-dahan pohon kelapa yang banyak tumbuh di sekitar pantai. Dan juga terdapat kapal-kapal nelayan yang tidak melaut di bibir pantai. Kami pun tidak sabar untuk menyeberangi selat Bali menuju pulau Tabuhan menikmati pasir putih dan kecek di sana. Kang Peter selaku korlap Surabaya mencari penyewaan perahu untuk ke P. Tabuhan. Setelah negoisasi dengan nelayan akhirnya dapet juga 1 perahu. 1 perahu itu bolak balik mengangkut 2 kelompok dari kita.

Horeee setelah menunggu beberapa menit perahu kami pun tiba. Gak sabar. Tapi siapa dulu ini yang berangkat. Atas kebijaksanaan dan kelapangan dada temen-temen Surabaya, korlap Malang didahulukan berangkat untuk naik perahu. Untuk meminimalisir accident , yang tidak bisa berenang memakai life jacket itupun dipenjemi temen2 Surabaya. Terima kasih bradaaah.

ABK kapal mulai menghidupkan diesel perahu. Itu tanda perahu mulai berangkat. Tak lupa sebelum berangkat kami pun berdoa agar diberi keselamatan di dalam perjalanan. Dari kejauhan Pulau Tabuhan terlihat kecil dari bibir pantai Kempi. Perahu kami perlahan menjauh dari pantai Kempi menuju Pulau Tabuhan. Di perahu ada 4 ABK dan 12 dari kami. Ada yang sumringah ngak ada raut muka sedih dan juga ada yang sedikit takut karena ngak bisa berenang. Dan selat Bali waktu itu ombaknya lumayan tinggi menurut BMKG. Yah sudahlah. Mari kita berlayar. Let’s go.

siap-siap berlayar

Masih normal

Omegat, belum sampai di pertengahan perahu kami sudah dihempas ombak. Jdaaaaaaaaar. Raut muka yang girang mulai kusut. Kegembiraan berubah kegelisahan. Dan kita terombang-ambing di lautan. Tangan-tangan kita berlomba-lomba mencari pegangan. Ada yang menikmati terombang-ambing dan juga memejamkan mata karena takut. Padahal Pulau Tabuhan masih sangatlah jauh. Apakah perahu ini bisa sampai di P. Tabuhan dengan selamat? Beberapa kali perahu kita terkena hembasan ombak. Dan akhirnya ABK kapal memutuskan untuk berbalik arah untuk kembali lagi ke pantai Kempi.

Di pantai Kempi ABK kapal beralih ke perahu lancip yang bisa memecah ombak. Dan kami pun siap berangkat lagi menyeberangi selat Bali. Semoga perahu ini bisa mengantarkan kami sampai di Pulau Tabuhan. Apa dikata, memang selat Bali waktu itu memang ombaknya lagi tinggi. Walaupun kita sudah memakai perahu lancip yang bisa memecah ombak akan tetapi perahu kami pun masih tergoncang hebat terkena ombak. Perahu kami tetap tidak mampu menerjang ombak selat Bali itu. Dan akhirnya ABK kapal mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan karena safety. Padahal perjalanan kami tinggal setengah lagi. Waktu balik arah ombak di tengah laut itu tambah lebih dahsyat. Sampai perahu kami hampir terguling diterjang ombak. Posisiku waktu itu berada di depan sehingga kalau ada ombak menghantam perahu otomatis air laut menghempas muka. Asiiiin. Sambil istigfar dan berdoa di dalam hati semoga diberi keselamatan sampai tujuan. Setelah bergelut dengan ombak, kami pun sampai lagi di pantai Kampi dengan selamat. Dan perjalanan ke Pulau Tabuhan kita gagal karena ombak yang kurang bersahabat. So far perjalanan menyeberang selat Bali menuju Pulau Tabuhan ini memang memacu adrenalin kami. Okelah next time kami akan coba lagi. Sekedar tips, kalau pengen ke Pulau Tabuhan, jangan kesiangan berangkatnya lebih baik pagi karena ombaknya ngak telalu tinggi.

Thanks to https://www.facebook.com/groups/forumbackpackersurabaya/ ( Backpacker indonesia regional Surabaya dan Malang.